BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Informasi
tercapai atau tidaknya bisa dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Kegiatan
ini sering disandingkan bersamaan dalam istilah ME (Monitoring dan Evaluasi,
atau kadang juga disingkat jadi Monev). Kegiatan monitoring sebenarnya banyak
diklaim para ahli evaluasi termasuk kedalam kegiatan evaluasi, karena evaluasi
pasti dimulai dengan monitoring, melihat, mengamati, dan mencatat. Hasil amatan
itu kemudian dianalisis dan dihasilkannya rekomendasi-rekomendasi terkaid
dengan hasil capaian atau kemajuan program.
Program
merupakan jabaran dari suatu kebijakan organisasi dalam mencapai visi dan
menjalankan misinya. Ia terangkai dari beberapa kegiatan, baik yang
diselenggarakan secara berantai ataupun paralel, singkat ataupun lama, yang
bermuara pada tujuan program yang telah ditetapkan.
Sampai
dengan kira-kira tahun 1974 masyarakat masih menganggap bahwa evaluasi
pendidikan terbatas pengertiannya pada penilaian hasil belajar. Dasar pemikiran
yang digunakan adalah bahwa pendidikan merupakan upaya memberikan satu
perlakuan pembelajaran kepada peserta didik. Kesuksesan hasil belajar mereka dapat
diketahui melalui kegiatan penilaian. Di balik dasar pemikiran tersebut terdapat
pula anggapan bahwa upaya pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
adalah kunci keberhasilan untuk mencapai hasil belajar merupakan hubungan lurus
atau linear.
Apa
alasan melakukan evaluasi program dan sejak kapankah evaluasi program mulai
populer? Menurut Fernandes (1984), pemikiran secara serius tentang evaluasi
program dimulai sekitar tahun delapan puluhan. Sejak tahun 1979-an telah
terjadi perkembangan sehubungan dengan konsep-konsep yang berkenaan dengan
evaluasi program, sebagai contoh teori yang dikemukakan oleh Cronbach (1982,
dalam Fernandes 1984) tentang pentingnya sebuah rancangan dalam kegiatan
evaluasi program.
Makna
dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan. Definisi yang
terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler, yang mengatakan
bahwa evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan
(Tyler, 1950). Definisi yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh
dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971). Mereka
mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk
disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evaluation Consorsium Group
menegaskan bahwa meskipun evaluator
menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang
suatu program (Cronbach, 1982).
Tujuan
diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program
dengan langkah mengtahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagian mana dari komponen dan subkomponen program
yang belum belum terlaksana dan apa sebabnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah evaluasi
program pendidikan?”.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui bagaimana evaluasi program pendidikan
1.3.2
Tujuan
Khusus
1. Untuk
mengetahui pengertian evaluasi program pendidikan
2. Untuk
mengetahui prinsip evaluasi program pendidikan
3. Untuk
mengetahui langkah-langkah evaluasi
program pendidikan
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi
Pendidik
Memberi
kepastian kepada diri pendidik sudah sejauh mana usaha yang telah dilakukannya
selama ini sehingga pendidik dapat menentukan langkah selanjutnya.
1.4.2
Bagi
Peserta Didik
Memberikan
dorongan untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan prestasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1
Pengertian
Ada
tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya sebelum
disampaikan uraian lebih jauh tentang evaluasi program, yaitu “evaluasi”
(evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assesment).
Evaluasi
berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap ke dalam
perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata
aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjaadi “evaluasi”.
Suchman (1961, dalam Anderson 1975)
memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai
beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders (1973, dalam Anderson 1971).
Dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu
yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk
mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program,
produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajuakan untuk mencapai
tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi
program bernama Stufflebeam (1971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa
evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang
sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif
keputusan.
Ada dua pengertian untuk istilah
“program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara
umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana". Jika seorang siswa
ditanya oleh guru, apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan
di sekolah yang diikuti maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah
rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini
mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi,
mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina usaha, atau mungkin juga
belum menentukan program apapun. Selain itu, ada juga anak yang sangat
tergantung pada orang tua sehingga akan memberi jawaban bahwa program masa
depan menunggu keputusan orang tuanya.
Apabila program ini langsung
dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit
atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting
dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisai atau
implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu yang relatif lama-bukan
kegiatan tunggal tapi jamak berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organisasi
yang melibatkan sekelompok orang.
Selain mengandung tiga pengertian,
ada pula program-program tertentu yang menunjukkan ciri lain, yaitu adanya
kegiatan jamak yang merupakan rangkaian. Untuk memperjelas pengertian “jamak
berangkai”, coba bandingkan beberapa kegiatan tunggal dan jamak berikut ini.
Kegiatan menulis, berjalan, tidur, adalah sekali dilakukan selesai, dan tidak
berada dalam urutan proses. Bandingkan dengan memasak. Memasak adalah kegiatan
jamak karena untuk dpat memasak harus ada bahan yang dibeli dan dimasak . sesudah
memasak, masakannya harus dimakan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latiahan bagi peranannya bdi masa yang akan datang (UU No. 2 Th 1989). Pendidikan
adalah usaha sadar dengan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serat keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Maka
dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan. Definisi yang
terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler, yang mengatakan
bahwa evaluasi program pendidikan adalah
proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan
(Tyler!950). definisi yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua
orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971). Mereka
mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk
disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evaluation Consorsium Group menegaskan
bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil
keputusan tentang suatu program (Cronbach, 1982).
2. 2
Prinsip
Evaluasi pendidikan harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Keterpaduan
Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara
tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
2. Keterlibatan peserta didik
Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena
keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan
mutlak.
3. Koherensi
Evaluasi harus berkaitan dengan
materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan
peserta didik yang hendak diukur.
4. Pedagogis
Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat
perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi
motivator bagi diri siswa.
5.
Akuntabel
Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau
bahan pertanggungjawaban
bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan
lainnya.
2. 3
Langkah-langkah
Evaluasi
program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan
tersebut meliputi: tahap persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan evaluasi
program dan tahap monitoring pelaksanaan program. Berikut ini akan dibahas
secara berturut-turut ketiga tahapan tersebut.
A. Persiapan
Evaluasi Program
Sebelum
evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus melakukan persiapan
secara cermat. Persiapan tersebut antara lain berupa: penyusuunan evaluasi,
penyusunan instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi, menentukan jumlah
sampel yang diperlukan dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum
pengambilan data.
Penyusunan
evaluasi terkait dengan model yang bergantung pada tujuan evaluasi program dan
kriteria keberhasilan program sehingga evaluator dapat menentukan metode
pengumpulan data, alat pengumpul data, sasaran evaluasi program dan jadwal
evaluasi program yang akan digunakan sebagai acuan melaksanakan kegiatan
evaluasi program.
Setelah
rencana evaluasi tersusun maka dilakukan penyusunan instrumen evaluasi yang
disusun berdasarkan pada metode pengumpulan data yang dipilih. Dengan
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Merumuskan
tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
2. Membuat
kisi-kisi yang berisi tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan
digunakan.
3. Membuat
butir-butir instrumen.
4. Menyunting
instrumen, hal yang dilakukan adalah:
a. Mengurutkan
butir
b. Menuliskan
petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.
c. Membuat
pengantar permohonan pengisian angket.
Setelah
instrumen disusun maka instrumen tersebut perlu divalidasi sehingga diketahui
tingkat validitas dan reliabilitasnya yang mana dapat dilihat pada buku-buku
metode penelitian dan statistik yang membahas tentang validitas dan
reliabilitas.
Setelah
dilakukan validasi maka selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel. Jika
seluruh subjek yang ada menjadi sumber data dalam menentukan subjek evaluasi
maka metode yang digunakan adalah metode
populasi. Tapi jika hanya sebagian dari subjek yang menjadi sumber data
maka digunakan metode sampling.
Metode
sampling ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: random sampling ( semua individu diberi peluang menjadi anggota
sampel) dan non random sampling
(tidak semua individu yang diberi peluang untuk menjadi anggota sampel). Cara
penentuan sampel ada beberapa cara, diantaranya: cluster sample, purposive sample dan lain-lain.
Langkah
berikutnya setelah menentukan jumlah sampel adalah menyamakan persepsi antara
evaluator tentang berbagai hal sebelum pengambilan data dimulai. Hal ini harus
dilakukan jika evaluatornya lebih dari 1. Beberapa hal yang perlu disamakan
persepsinya adalah: tujuan, kriteria, metode, instrumen, wilayah generalisasi, tehnik sampling dan jadwal kegiatan.
B. Pelaksanaan
Evaluasi Program
Evaluasi
program dapat dikategorikan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.
Evaluasi
reflektif,
Digunakan untuk
mengevaluasi kurikulum sebagai suatu ide.
2.
Evaluasi
rencana
Merupakan jenis
evaluasi yang banyak dilakukan orang terutama setelah banyak inovasi
diperkenalkan dalam pengembangan program.
3.
Evaluasi
proses
Disebut juga evaluasi
implementasi yang prosesnya dianggap lebih memberi kedudukan yang sama antara
dimensi program sebagai ide, rencana, hasil dan program.
4.
Evaluasi
hasil
Merupakan jenis
evaluasi program yang paling tua. Bahkan pada mulanya yang dimaksud dengan evaluasi
identik dengan evaluasi hasil.
Keempat
jenis evaluasi di atas mempengaruhi seorang evaluator dalam menentukan
metode dan alat pengumpulan data yang
digunakan. Agar kegitan pengumpulan data
dapat berjalan baik, berikut ini akan diuraikan beberapa cara mengumpulkan data
yang baik dengan menggunakan berbagai alat pengumpul data.
a. Pengambilan
data dengan tes
b. Pengambilan
data dengan observasi
c. Pengambilan
data dengan angket
d. Pengambilan
data dengan wawancara
e. Pengambilan
data dengan metode analisis dokumen dan artifak
C. Monitoring
Pelaksanaan Program
1. Fungsi
monitoring
Kegagalan
mempunyai 2 fungsi pokok, yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program
dengan rencana program dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan program yang
sedang berlangsung dapat diharapkan akan menhasilkan perubahan yang diinginkan.
Sumber
kegagalan program ada 3 kemungkinan, yaitupelaksanaan program menyimpang dari
rencana program, rencana progran yang mengandung kesalahan dan berasal dari
luar rancangan, misalnya kekurangmampuan dari tenaga praktisi.
2. Sasaran
monitoring
Sasarannya
adalah dengan menemukan hal-hal berikut:
Ø Seberapa
jauh pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana program.
Ø Seberapa
jauh pelaksanaan program telah menunjukkan tanda-tanda tercapainya tujuan
program.
Ø Apakah
terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak direncanakan.
Ø Apakah
terjadi dampak sampingan yang negatif
3. Tehnik
dan alat pemantauan
Fungsi pokok pemantauan adalah mengumpulkandata
tentang pelaksanaan program. Adapun tehnik dan alat pemantauan adalah sebagai
berikut:
a)
Tehnik
pengamatan partisipatif dengan menggunakan lembar pengamatan, catatn lapangan
dan alat perekam elektonik.
b)
Tehnik
wawancara, cara bebas atau terstruktur dengan alat pedoman wawancara dan
perekam wawancara.
c)
Tehnik
pemanfaatan dan analisis data dokumentasi seperti daftar hadir, satuan
pelajaran, hasil karya siswa, hasil karya guru dan sebagainya.
4. Pelaku
pemantauan
Pemantauan program dilakukan oleh evaluator bersama
dengan pelaku/praktisi atau pelaksana program. Dapat pula dilengkapi atau
dibantu oleh pihak lain yang diperlukan seperti kepala sekolah dan tokoh
masyarakat.
5. Perencanaan
pemantauan
Perencanaan pemantauan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Perumusan tujuan pemantauan, berisi informasi tentang
apa yang diinginkan, untuk siapa dan untuk kepentingan apa.
b) Penetapan sasaran pemantauan, apa yang akan dijadikan
sebagai objek pemantauan.
c) Penjabaran data yang dibutuhkan pemantauan, penjabaran
dari sasaran.
d) Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat objek
dan sumber atau jenis datanya.
e) Perancangan analisis data pemantauan dan pemaknaannya
dengan berorientasi pada tujuan pemantauan.
6. Pemanfaatan
hasil pemantauan
Data yang telah terkumpul dari hasil pemantauan harus secepatnya diolah
dan dimaknai sehingga dapat segera diketahui apakah tujuan pelaksanaan program
tercapai atau tidak. Pemaknaan hasi pemantauan ini menjadi dasar untuk
merumuskan langkah-langkah berikutnya dalam pelaksanaan program.
2. 4