Terapi Cairan Maintenance
NOVEMBER 3, 2010
Pendahuluan
Terapi cairan merupakan salah sati implementasi untuk
menjaga, mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Ketepatan dan keakuratan dalam terapi cairan akan sangat berpengaruh terhadap
kondisi tubuh. Hal ini yang sedikit banyak sering kita melupakannya.
Terapi cairan Maintenance bisa dianggap sebagai salah satu terapi pendukung
yang penting bagi pasien rawat-inap. Jika tujuan terapi cairan resusitasi
adalah memperbaiki gangguan hemodinamik, maka tujuan terapi cairan Maintenance
adalah memelihara homeostasis pada pasien yang kurang asupan cairan per oral.
Jadi, laju dan jenis cairan infus untuk kedua indikasi itu berbeda. Untuk
resusitasi digunakan “cairan pengganti” seperti normal saline, ringer
asetat/ringerlaktat yang bersifat isotonik. Diberikan dengan jumlah besar dan
kecepatan tinggi (20 -30 ml/kg/jam) cairan ini digunakan pada keadaan emergensi
untuk menggantikan kehilangan akut..Pada keadaan-keadaan tertentu, cairan
pengganti bisa juga digunakan untuk Maintenance, khususnya jika didapatkan
hiponatremia (kadar Na+ < 135 mmol/L). Untuk pasien-pasien yang
hemodinamiknya masih bagus (tidak syok), cairan yang dipilih adalah cairan
Maintenance (maintenance).
Berbagai keadaan bisa dialami oleh pasien rawat-inap dan ini
sering tidak disadari oleh petugas kesehatan:
• Mayoritas pasien sudah berada dalam keadaan dehidrasi moderat, namun
hemodinamik masih baik. Pasien mungkin sudah berhari-hari di rumah dengan
asupan air yang kurang dan ada demam tinggi. Demam tinggi ini menyebabkan
peningkatan insensible water loss.
• Cemas, depresi atau takut. Ini cenderung terjadi pada pasien-pasien yang
sudah mencoba berobat ke sana kemari dan tidak kunjung sembuh.
• Malaise atau letih (fatigue) mungkin merupakan alsan pasien dibawa ke rumah
sakit.
• Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah sakit
• Asupan oral kurang karena pasien terlalu lemah untuk mengunyah dan lidah
terasa pahit karena kering
• Jam makan yang kaku
• Anorexia (tidak napsu makan), nausea (mual), atau stres
• Kesadaran menurun.
Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien
memerlukan dukungan meintenance untuk keadaan-keadaan tsb.
Tujuan terapi Maintenance bisa dirangkum sbb:
1. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian untuk homeostasis
2. Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa
3. Mendukung terapi primer
4. Membantu proses enzimatik ∓ sintesis protein.
5. Memacu penyembuhan
Apa ciri-ciri larutan maintenance yang unggul?
• Praktis, mudah dan aman diberikan
• Di samping elektrolit basal (Na+,K+,Cl-) juga mengandung mikromineral
(Mg++,Ca++,P) yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
• Adanya zinc membantu penyembuhan jaringan. Karena zinc memacu deposisi
kolagen pada jaringan yang rusak
• Mengandung asam amino kualitas tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA) untuk memacu
sintesis protein
• Glukosa untuk mempertahankan kadar gula normal( euglycemia)
Cara Pemberian Terapi Cairan Maintenance
Tempat kanula: laerutan yang mengandung osmolaritas kurang dari 900 mOsm/L bisa
diberikan melalui vena tepi. Namun sebaiknya dipilih vena yang lebih proksimal
(basilica,cephalic atau median cubital) karena tingginya insiden flebitis jika
digunakan vena punggung tangan. Pasien usia lanjut lebih rentan terhadap
flebitis dibandingkan dewasa muda.
Laju pemberian umumnya 20 tetes per menit (drip makro). Namun perlu
diperhatikan kandungan glukosa dan kalium dari setiap larutan infus. Pada
dewasa laju maksimum pemberian glukosa adalah 4 g/kg/minute (9), dan kalium 10
mEq per jam. Walaupun anjuran asupan kalium harian adalah 1-2 mEq/kg, dosis maintenance
minimum dewasa untuk homeostasis bisa dipenuhi dengan 20-30 mEq hari. (10)
Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam AMINOFLUID karena bisa meningkatkan
osmolaritas dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat
suntik bisa diberikan dengan piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork
(jika bolus) sementara aliran infus primer dihentikan.
Monitoring adalah hal terpenting dalam terapi cairan
MAINTENANCE. Bila tersedia fasilitas lab, idealnya diperiksa panel elektrolit
dan metabolik (Na+,K+,Cl-,HCO3 -, BUN, glucose, creatinine) (11) sebelum
memberikan cairan. Pada kasus yang cukup serius atau berat paling tidak harus
diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk memberikan cairan natrium rendah
(hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia (1). Di lain pihak, tidak tepat jika
cairan dengan natrium tinggi (misal NS) diberikan kepada pasien dengan
hipernatremia (12). Bilamana perlu, larutan Maintenance bisa digabung dengan
larutan pengganti (Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi parenteral.
Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawatinap dan bisa dicegah. Pentingnya
kalium terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di bebebrapa rumah
sakit, di mana pasien-pasien hanya diberikan larutan pengganti selama
perawatan. Larutan pengganti mengandung 4 mEq/L of K+ (Ringer's lactate) or 0
mEq of K+ (Normal Saline) Hiperkalemia bisa diinduksi dan atau diperberat jika
larutan yang mengandung kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine <
400 ml/24 jam) atau anuria (<100 ml/24 jam).
KESIMPULAN
• Terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien
• Terapi cairan Maintenance telah mengalami evolusi dari sekedar memberikan air
dan elektrolit basal dalam kemasan tunggal, menjadi formulasi praktis, lengkap
dengan elektrolit,asam,amino,glukosa dan mikromineral dalam kemasan canggih
dual-chamber
• Tujuan terpenting dari terapi cairan Maintenance adalah mengoreksi
homeostasis, memperbaiki KU, melawan letih dan meningkatkan napsu makan, serta
memacu penyembuhan
• Peranan BCAA (Leucine, Isoleucine dan Valine) semakin banyak diketahui
• Temuan terakhir mengesankan bahwa BCAA bisa meningkatkan napsu makan dan
memacu sintesis protein di otot rangka
• AMINOFLUID tidak ditujukan untuk replesi energi dan protein
• AMINOFLUID adalah larutan Maintenance masa kini, bukan produk nutrisi
parenteral atau hypocaloric feeding. Bila dipandang perlu AMINOFLUID bisa
dikombinasi dengan larutan elektrolit lain (RA, RL, NS, KAEN) atau produk
nutrisi parenteral.
Rujukan:
1. Shafiee M.A.S., Bohn D, Hoorn EJ and Halperin ML. How to select optimal
maintenance intravenous fluid therapy. Q J Med 2003; 96: 601- 610
2. ASPEN Board of Directors and the Clinical Guidelines Task Force. Guidelines
for the use of parenteral and enteral nutrition in adult and pediatric patients.
JPEN Vol 26, No1 Suppl Jan-Feb 2002.
3. Lee, Carla A.B. Fluids and Electrolytes: a practical approach. 4 ed. FA
Davis Philadelphia.
4. Alessandro Laviano; Michael M Meguid; Akio Inui; Maurizio Muscaritoli;
Filippo Rossi-Fanelli. Therapy Insight: Cancer Anorexia?Cachexia Syndrome-When
All You Can Eat Is Yourself. Nat Clin Pract Oncol. 2005;2(3):158-165.
5. Rossi-Fanelli et al. Branched Chain Amino Acids: The best compromise to
achieve anabolism. Curr Opin Clin Nutr Metab Care 8:408-414. 2005 Lippincott
Williams ∓ Wilkins.
6. Jean-Pascal De Bandt and Luc Cynober Therapeutic Use of Branched-Chain Amino
Acids in Burn, Trauma, and Sepsis.J. Nutr. 2006 136: 308S-313S
7. Samuel N. Cheuvront, Robert Carter, III, Margaret A. Kolka, Harris R.
Lieberman, Mark D. Kellogg, and Michael N. Sawka.Branched-chain amino acid
supplementation and human performance when hypohydrated in the heat J Appl
Physiol, Oct 2004; 97: 1275 – 1282.
8. Calder PC. Branched-chain amino acids and immunity.J Nutr. 2006 Jan;136(1
Suppl
9. Mizock BA, Troglia S. Nutritional support of the hospitalized patient. Mosby
Vol 53, No 6, 1997, p 367
10. Tannen RL. Potassium Disorders. In Kokko ∓ Tannen : Fluids and
Electrolytes. 3rd Edition WB Saunders 1996. p 114
11. Mark Graber. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Farmedia, 2003. p 95
12. Fiona REID*, Dileep N. LOBO*, Robert N. WILLIAMS*, Brian J. ROWLANDS* and
Simon P. ALLISON†(Ab)normal saline and physiological Hartmann's solution: a
randomized doubleblind crossover study.Clinical Science (2003) 104, (17–24)
13. Sudomo, Untung. Marissa Ira. Gastroenterogy hepatoloy and digestive
endoscopy vol.5. Ed: Dec 2004. Page: 115-120
14. Widodo D, Setiawan B, Khie Chen. The prevalence of hypokalemia in
hospitalized patients with infectious diseases problems at Ciptomangun- kusumo
Hospital Jakarta. Acta Med Indonesia, 2006;38(4):202-5
15. Medika 2006 Vol XXXII,No 12, p 732-734 * Dibacakan pada Simposium Nasional
Penyakit Tropik Infeksi, HIV ∓ AIDS, J W Marriott Hotel, Surabaya 22
Maret 2008
SUMBER: http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/terapi-cairan-maintenance/