Rabu, 20 Januari 2010
MAKALAH KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI
DASAR E P I D E M I O L O G I
A. Pengertian, definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi
1. Pengertian
Epidemilogi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos =
ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal
yang berkaitan dengan masyarakat.
2. Definisi
Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu
ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit,
terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang
dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga
penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa,
kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi
menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
c. Last
Studi
tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang
berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi
untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi
adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan
faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi
adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan,
penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan
akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.
3. Peranan
Dari
kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor
penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan
maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan
masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
4. Ruang lingkup
a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi
tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja,
tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di
masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan
lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan
sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan
dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan
epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan
data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu
menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan
lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan
upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c.
Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan
epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan
dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data
tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada
sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang
kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab
timbulnya masalah kesehatan.
B. Natural history of deseases
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
1. Pre Patogenesis
Tahap
ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit,
tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit
penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh.
Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya
tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini
disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada
tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala
penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang
berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru,
AIDS dll.
3. Tahap penyakit dini
Tahap
ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap
ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa
melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin
bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting
daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan
perawatan yang baik di rumah (self care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila
penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak
tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit
dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak
berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu
memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b.
Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi
kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun
sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap
organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada
karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak
tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit,
yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat
kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi
dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi
sumber penularan penyakit (human reservoir)
d.
Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi
gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah
berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam
keadaan sakit.
e.
Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat
diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu
meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
C. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c.
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah
ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
c.
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul
dapat segera diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
b.
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
Ukuran frekuensi penyakit
menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada
kelompok manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah
penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang
penyakit. Untuk mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada
sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkah-langkah :
1)
Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang ke
puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.
2) Research/survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga
3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.
D. Penelitian epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :
a. Non eksperimental :
1)
Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi.
Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat
(penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3)
Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk
penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada
dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa
pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b. Eksperimental.
Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang
paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes
yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun
untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Clinical Trial. Contoh :
a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.
b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
E. Epidemiologi keperawatan
Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing
(CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan
epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada
pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur
riset epidemiologi. Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan,
disajikan sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat.
Monitoring perubahan status kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh
program pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan. Riset/studi
epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge) termasuk
riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor
resiko tinggi terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN.
Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi
program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan
penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan
difokuskan pada menjaga jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah
yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi
host dan mengubah kejadian hubungan host, agent, dan lingkungan. Kedua,
program mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah
pada pribadi perawat dengan body of knowlwdge
yang berasal dari riset epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian
individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi perencanaan
perawatan.
1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu
penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor baik dari
agen, induk semang atau lingkungan. Bentuk ini tergambar didalam istilah
yang dikenal luas dewasa ini. Yaitu penyebab majemuk (multiple
causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single
causation).
Didalam
usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya
penyakit, mereka telah membuat model-model timbulnya penyakit dan atas
dasar model-model tersebut dilakukan eksperimen terkendali untuk menguji
sampai dimana kebenaran dari model-model tersebut.
Tiga
model yang dikenal dewasa ini ialah 1) segitiga epidemiologi (the
epidemiologic triangle) 2) jaring-jaring sebab akibat (the web of
causation) dan 3) roda (the wheel).
1.1 Segitiga Epidemiologi (lihat gambar)
1.2 Jaring-Jaring Sebab Akibat
Menurut
model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan
antara mereka, yang berakibat bertamba atau berkurangnya penyakit yang
bersangkutan. (lihat gambar)
Menurut
model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan
akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
1.3 Roda
Seperti
halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit
dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan
hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan
dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang
bersangkutan.
Sebagai
contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada
stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada
sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada
penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne disease) dan
peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan.
Dengan
model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan
yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah
diperuntukkan bagi usaha-usaha pemberantasan yang efektif.
Oleh
karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita
dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu
dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi
langsung pada penyebab penyakit.
2. Penyakit Menular
Yang
dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan
(berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung
maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya
(hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni :
a. Agen (penyebab penyakit)
b. Host (induk semang)
c. Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila
diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat diumpamakan sebagai biji
(agen), tanah (host) dan iklim (route of transmission).
2.1 Agen-Agen Infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk
hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang
merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :
a. Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
b. Golongan riketsia, misalnya typhus.
c. Golongan bakteri, misalnya disentri.
d. Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
e. Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap dan sebagainya.
f. Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing
gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a. Berkembang biak
b. Bergerak atau berpindah dari induk semang
c. Mencapai induk semang baru
d. Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan
agen penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah
suatu faktor penting didalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit
(penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat
tetap hidup.
Dari
sini timbul istilah reservoar yang diartikan sebagai berikut 1) habitat
dimana bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana
bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat
tetap hidup. Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau
benda-benda mati.
Reservoar didalam Manusia
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoar didalam tubuh manusia antara lain campak
(measles), cacar air (small pox), typhus (typhoid), miningitis,
gonoirhoea dan syphilis. Manusia sebagai reservoar dapat menjadi kasus
yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier
adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam tubuhnya tanpa
menunjukkan adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat
menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant carriers adalah
orang yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu
penyakit.
Carriers
adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio,
typhoid, meningococal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan
karena :
a. Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang sakitnya
sendiri).
b. Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka
menderita / kena penyakit.
c. Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari.
d. Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif lama.
Reservoar pada Binatang
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoar pada binatang pada umumnya adalah penyakit
zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat
menular pada manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini
melalui berbagai cara, yakni :
a. Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya cacing pita.
b. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus,
malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
c. Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya rabies.
Benda-Benda Mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoar pada benda-benda mati pada dasarnya adalah
saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang
biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi
perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup
maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh clostridium tetani
penyebab tetanus, C. botulinum penyebab keracunan makanan dan
sebagainya.
2.2 Sumber Infeksi dan Penyebaran Penyakit
Yang
dimaksud sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang atau binatang
yang dapat melewatkan / menyebabkan penyakit pada orang. Sumber
penyakit ini mencakup juga reservoar seperti telah dijelaskan
sebelumnya.
Macam-Macam Penularan (Mode of Transmission)
Mode
penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab penyakit
tersebut ditularkan dari orang ke orang lain atau dari reservoar kepada
induk semang baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain :
2.2.1 Kontak (Contact)
Kontak
disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada
masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung terjadi
di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
2.2.2 Inhalasi (Inhalation)
Yaitu
penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah
yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah
faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit
yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne infection
(penyakit yang ditularkan melalui udara).
2.2.3 Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan dan minuman.
2.2.4 Penetrasi pada Kulit
Hal
ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit
misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau
melalui luka, misalnya tetanus.
2.2.5 Infeksi Melalui Plasenta
Yakni
infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit
pada waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
2.3 Faktor Induk Semang (Host)
Terjadinya
suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh
faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan
lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung /
ditentukan oleh kekebalan / resistensi orang yang bersangkutan.
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat dilakukan :
2.4.1 Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
a. Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
b. Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita
kusta.
2.4.2 Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan
sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang
penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit
menular.
2.4.3 Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi
dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap
penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus
(specific protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun
pasif. Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit
malaria, meningitis dan disentri baksilus.
Pada
anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan
usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
sumber:
http://dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/01/makalah-konsep-dasar-epidemiologi.html
sumber:
http://dauzzsimololkumpulanmakalahfkm.blogspot.com/2010/01/makalah-konsep-dasar-epidemiologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar