BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Merokok merupakan salah satu
kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dimana-mana mudah
menemui orang merokok, lelaki-wanita, kaya-miskin, tua-muda. Betapa merokok merupakan
bagian hidup masyarakat. Diperkirakan sejumlah 1,1 miliar perokok dunia berumur
15 tahun ke atas, sepertiga total penduduk dunia. 800 juta perokok berada di
negara-negara sedang berkembang, didominasi oleh kaum lelaki dan terutama Asia
(Bustan, 2007). Berdasarkan hasil laporan WHO (World Health Organization)
yang dikutip oleh Nusantaraku (2009)
jumlah perokok di dunia tahun 2008 berkisar 1,35 miliar orang.
Jumlah perokok terus
bertambah, utamanya pada perokok remaja dan khususnya di negara-negara
berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Bahkan WHO telah memberikan peringatan bahwa
dalam dekade 2020 sampai 2030 tembakau akan membunuh 10 juta orang pertahun,
diantaranya terjadi di negara-negara berkembang (Dinas Kesehatan kota Jambi,
2011).
Data
WHO tahun 2008 menunjukkan, jumlah
perokok di Indonesia berkisar 65 juta orang. Dari jumlah tersebut, Indonesia dinobatkan
oleh WHO sebagai negara dengan konsumsi
rokok terbesar nomor 3 setelah India dan China (Nusantaraku, 2009).
Jumlah penduduk di Sumatra
Utara tercatat 13,08 juta jiwa. Jika diasumsikan persentase penduduk Sumatra
Utara yang mengisap rokok sebungkus sehari mencapai 10 %, maka jumlah perokok
sekitar 1.308.700 jiwa (Hisar, 2008).
Mengutip dokumen ”Perokok
Remaja: Strategi dan Peluang” RJ Reynolds Tobacco Company Memo Internal, 29
Februari 1984 yang dipresentasikan anggota Komisi Nasional Perlindungan Anak,
Dina Kania, dikatakan perokok remaja telah menjadi faktor penting dalam
perkembangan setiap industri rokok dalam 50 tahun terakhir karena mereka adalah
satu-satunya sumber perokok pengganti. Jika para remaja tidak merokok, industri
akan bangkrut sebagaimana sebuah masyarakat yang tidak melahirkan generasi
penerus dan punah .Berdasarkan survei yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 yang
dilakukan terhadap remaja berusia 13 sampai 15 tahun, sebanyak 24,5% remaja
laki-laki dan 2,3% remaja perempuan merupakan perokok, 3,2 diantaranya sudah kecanduan. Bahkan yang
lebih mengkhawatirkan, 3 dari 10 pelajar mencoba rokok sejak mereka di bawah
usia 10 tahun. Ketua Ikatan Ahli Kesehatan masyarakat Indonesia, Widyastuti
Soerojo pada lokakarya “Understanding Tobacco Industri Through Their Own Top Secret Dokument,” Selasa, 6 Nopember
di Jakarta, mengatakan, industri rokok memanfaat karakteristik remaja,
ketidaktahuan konsumen dan ketidakberdayaan mereka yang sudah kecanduan
merokok. Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan,
independensi dan berontak dari norma-norma dimanfaatkan para pelaku industri
rokok dengan memunculkan slogan-slogan promosi yang mudah tertangkap mata dan
telinga serta menantang (Al-Mukaffi, 2009).
Besarnya
bahaya merokok sebenarnya bukan tidak disadari oleh para perokok, karena pada
setiap bungkus rokok kini terdapat peringatan wajib dari pemerintah yang
bertuliskan ”MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN
GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN” (Salma, 2009). Tapi tidak semua orang menyadari
bahwa selain impotensi dan gangguan
kehamilan dan janin, merokok juga mengganggu reproduksi lainnya. Seperti: gangguan
haid, menopause dini, sulit untuk
hamil, keguguran, gangguan ereksi dan
penurunan kualitas dan kuantitas sperma
(Holiday, 2009).
Ancaman rokok bagi kesuburan
dan potensi seksual kaum pria agaknya cukup efektif karena terbukti meresahkan
pria perokok. Kampanye yang diawali di Thailand sekitar 1995 itu dianggap
berhasil menurunkan jumlah perokok walau tidak signifikan. Para pria yang
merasa gundah akan berkurangnya kesuburan dan potensi seksual mereka akan
berpikir dua kali untuk melanjutkan kebiasaannya merokok (Holiday, 2009).
Berdasarkan penelitan yang
dilakukan Dr. Sinead Jones, direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco
Control Resource Centre, ditemukan bahwa wanita yang merokok memiliki
kemungkinan relatif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan. Pria akan
mengalami 2 kali resiko terjadi infertil
serta mengalami resiko kerusakan DNA
pada sel spermanya. Sedangkan hasil penelitian pada ibu hamil terjadi
peningkatan keguguran, penelitan tersebut mengatakan 3000 sampai 5000 kejadian
keguguran pertahun di Inggris berhubungan erat dengan merokok. Di Inggris
terdapat 120.000 pria yang berusia antara 30 sampai 50 tahun mengalami impotensi akibat merokok. Lebih buruk
lagi, rokok berimplikasi terhadap 1200 kasus kanker rahim pertahunnya. Diantara
2.123 perempuan yang merupakan perokok, 59% lebih mungkin mengalami menopause dini (Wahyudi, 2009).
Penelitian di China pada 526 perempuan yang tidak
merokok tapi mempunyai suami perokok, lebih dari 20 batang rokok sehari, ternyata
menunjukkan 80 persen diantaranya mengalami keguguran dalam 6 minggu
kehamilannya dibanding dengan perempuan yang tidak mempunyai suami perokok
(Valentin, 2009).
Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Sachiko Baba dari
Osaka University, menganalisis catatan dari 430 wanita yang telah mengalami keguguran
pada trimester pertama tercatat tujuh persen (32) adalah perokok (Lifestyle,
2011).
Penelitian bertahap sejak
1997 yang dilakukan Akmal Taher dkk. di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan,
rokok merupakan 16,8% faktor risiko pada DE (Disfungsi Ereksi). Artinya, dari sejumlah pria penderita DE yang
diteliti, hampir seperlimanya disebabkan oleh kebiasaan merokok (Plantus, 2008).
Penulis
telah melakukan survei pendahuluan ke SMA Negeri 6 Padangsidimpuan pada tanggal
29 Maret 2011. Ternyata SMA Negeri 6 adalah SMA dengan jumlah siswa terbanyak
di Padangsidimpuan sehingga SMA Negeri 6 dapat memenuhi populasi penelitian dan
mewakili sekolah lainnya.
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitan mengenai
bagaimana pengetahuan remaja tentang bahaya merokok terhadap kesehatan
reproduksi di SMA Negeri 6 Padangsidimpuan. Sebagai kelengkapan dari apa yang
menarik perhatian penulis dalam penelitian ini, judul yang penulis pilih adalah
”Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Bahaya Merokok terhadap Kesehatan
Reproduksi di Kelas XI-IA1 dan XI-IA2 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan
Tahun 2011”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah ”Bagaimanakah gambaran pengetahuan remaja
tentang bahaya merokok terhadap kesehatan reproduksi di kelas XI-IA1 dan XI-IA2 SMA
Negeri 6 Padangsidimpuan tahun 2011?”
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan
umum
Untuk mengetahui gambaran
pengetahuan remaja tentang bahaya merokok terhadap kesehatan reproduksi di kelas
XI-IA1 dan XI-IA2 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan tahun
2011.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya merokok terhadap
kesehatan reproduksi berdasarkan tingkat ekonomi di Kelas XI-IA1 dan
XI-IA2 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan tahun 2011.
2. Untuk
mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya merokok terhadap
kesehatan reproduksi berdasarkan sumber informasi di Kelas XI-IA1
dan XI-IA2 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan tahun 2011.
1.4 Manfaat
Penelitian
1. Bagi
Peneliti
Untuk menambah wawasan penyusun dan menerapkan
ilmu – ilmu yang telah didapatkan selama di Akademi Kebidanan Darmais Padangsidimpuan
tahun 2011.
2. Bagi
Pihak SMA Negeri 6 Padangsidimpuan
Sebagai sumber informasi dalam menambah
pengetahuan bagi pihak SMA Negeri 6 Padangsidimpuan tentang bahaya merokok
terhadap kesehatan reproduksi.
3. Bagi
Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan informasi untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan bahaya rokok terhadap
kesehatan reproduksi.
4. Bagi
masyarakat
Sebagai sumber informasi bagi masyarakat kota
Padangsidimpuan dalam menambah pengetahuan tentang bahaya merokok terhadap
kesehatan reproduksi.
mbak boleh minta no hp? saya mau tanya
BalasHapus