BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2. 1
Pengetahuan
2.
1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan hasil ”Tahu”
dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
2. 1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan tanda-tanda
kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis
menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan
antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat
menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan
sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
2. 1.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dikutip dari Prohealt
(2009), yaitu:
1. Usia
Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain
itu, orang usia muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir
tidak ada penurunan pada usia ini.
2. Tingkat
pedidikan
Tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan di
mana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang
terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui
maka akan semakin menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut.
3. Tingkat
ekonomi
Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Sumber
informasi
Informasi
akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik
dari berbagai media, misalnya: TV, radio atau surat kabar. Maka hal itu akan
dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
5. Pengalaman
Pengalaman
sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan.
2. 2
Remaja
Masa
remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi
dan psikis. Disebut juga sebagai masa pubertas (Widyastuti, 2009). Masa pubertas merupakan masa peralihan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa (Prawirohardjo, 2007). Menurut Norwitz (2008) masa
pubertas adalah rangkaian peristiwa yang mengarah ke pematangan seksual.
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) usia remaja adalah 10
sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri
dari masa remaja awal (10 -14 tahun), masa remaja pertengahan (15-16 tahun) dan
masa remaja akhir (17-19 tahun) (Sumiati, 2009).
Masa
remaja awal ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering
mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri. Pada saat ini remaja mulai
mencari identitas diri. Masa remaja pertengahan ditandai dengan bentuk tubuh
yang sudah menyerupai orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali
diharapkan dapat berprilaku seperti orang dewasa, meskipun belum siap secara
psikis. Pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman
sebaya. Dimana hal ini erat kaitannya dengan pencarian identitas, di lain pihak
mereka masih tergantung dengan orang tua. Masa remaja akhir ditandai dengan
pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat-tempat
lain. Emosi, minat, konsentrasi dan cara berfikir mulai stabil serta kemampuan
untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat (Sumiati, 2009).
2. 3
Rokok
Defenisi rokok menurut
wikipedia yang dikutip oleh Nenk (2009) adalah silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Menurut
Al-Mukaffi rokok adalah gulungan bubuk tembakau yang mengandung senyawa psikoaktif
yang disebut nikotin.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
dikutip oleh Ayurai (2009) merokok adalah menghisap gulungan
tembakau
yang dibungkus dengan kertas. Menurut
Al-Mukaffi (2009) beberapa zat beracun yang terkandung dalam
rokok adalah sebagai berikut:
1.
Karbon monoksida
Karbon monoksida dikenal sebagai zat beracun. Pada batas jumlah tertentu,
manusia akan mati jika menghirup gas ini. Gas monoksida akan mengikat hemoglobin
pada darah manusia sehingga kemampuan fungsi darah untuk mengikat oksigen
berkurang.
2.
Nikotin
Nikotin
adalah senyawa kimia berbahaya. Nikotin
dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan sehingga menyebabkan tumbuhnya
sel-sel kanker pada paru-paru. Nikotin
pada asap rokok yang diisap hanya membutuhkan waktu 9 detik untuk mencapai otak
manusia. Akibatnya tekanan darah naik, ritme pernapasan meningkat dan sistem
saraf pusat terstimulasi.
3.
Tar
Tar
merupakan sisa pembakaran yang dapat kita lihat pada pipa rokok. Warnanya hitam
dan lengket. Tar juga akan membuat
gigi, jari dan kuku perokok berwarna kuning kehitaman. Zat sisa ini amat
berbahaya karena merupakan bahan karsinogenik
(bahan penyebab kanker). Selain itu, tar
mengakibatkan gerakan rambut getar disaluran pernapasan berhenti. Padahal
rambut getar ini berfungsi untuk mencegah bahan-bahan yang berbahaya masuk ke
saluran pernapasan.
4.
Nitrogen oksida
Pada dosis yang cukup, gas ini dapat menimbulkan
keinginan tertawa spontan yang tidak jelas alasannya. Gas ini dapat menekan
rasa sakit pada manusia sehingga digunakan sebagai obat bius dibidang medis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku
merokok menurut Ayurai (2009)
ialah:
1. Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin
banyak teman yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Fakta
tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman-temannya itu dipengaruhi diri tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi merokok (Al Bachri,1991).
2. Kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin
tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa dan membebaskan diri dari
kebosanan.
3. Pengaruh
iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik
yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang dari kejantanan membuat
seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam
iklan tersebut (Mari Juniarti, Buletin RSKo, Tahun IX, 1991).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
England, 120.000 orang meninggal akibat merokok setiap tahunnya. Dan semakin
muda seseorang mulai merokok, maka semakin besar pula kemungkinan mereka
mendapat masalah kesehatan di hari
berikutnya.
2. 4
Kesehatan Reproduksi
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re
= kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan. Jadi,
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan
demi kelestarian hidup (Admin, 2008).
Menurut
Depkes RI yang dikutip oleh Widyastuti (2009) kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi
dan prosesnya.
Organ
reproduksi terdiri dari:
a) Pada pria
Menurut Gurungeblog (2008) organ reproduksi pria dibedakan menjadi
organ reproduksi luar dan organ reproduksi dalam.
Organ reproduksi luar terdiri dari:
1. Penis
Merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk
memindahkan semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi
pada saat dikhitan/sunat.
2. Scrotum
Merupakan selaput pembungkus
testis yang merupakan pelindung testis
serta mengatur suhu yang sesuai bagi spermatozoa.
Organ reproduksi dalam terdiri dari:
1. Testis
Merupakan kelenjar kelamin yang
berjumlah sepasang dan akan menghasilkan sel-sel
sperma serta hormone testosterone.
2. Epididimis
Merupakan saluran panjang yang berkelok yang keluar dari testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma sementara dan mematangkan sperma.
3. Vas deferens
Merupakan saluran panjang dan lurus yang mengarah ke atas dan berujung
di kelenjar prostat. Saluran ejakulasi merupakan saluran yang pendek
dan menghubungkan vesikula seminalis
dengan urethra.
4. Urethra
Merupakan
saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi
dan terdapat di penis.
b) Pada wanita
Menurut Mochtar
(1998) organ reproduksi wanita dibedakan menjadi organ reproduksi luar dan organ
reproduksi dalam. Organ reproduksi luar adalah alat reproduksi yang tampak dari
luar apabila wanita dalam posisi litotomi,
terdiri dari:
1. Mons veneris
Ialah daerah yang
menggunung di atas simfisis. Yang
akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubis)
apabila wanita beranjak dewasa. Pada wanita rambut kemaluan ini tumbuh
membentuk sudut lengkung sedangkan pada
pria membentuk sudut runcing ke atas.
2. Bibir
besar kemaluan (labia mayora)
Berada pada bagian
kanan dan kiri. Berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi
juga oleh pubis (rambut kemaluan) lanjutan dari mons veneris.
3. Bibir
kecil kemaluan (labia minora)
Berada pada bagian
dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu. Di sini dijumpai frenulum klitoris, preputium dan frenulum pudenti.
4. Klentit (klitoris)
Identik dengan penis pada pria, kira-kira sebesar kacang hijau sampai cabe rawit
dan ditutupi oleh frenulum klitoris.
Glans klitoris berisi jaringan yang dapat berereksi, sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki serabut
saraf.
5. Vulva
Adalah bagian alat
kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir
kecil, sampai kebelakang dibatasi perineum.
6. Vestibulum
Terletak di bawah
selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri. Di sini
dijumpai kelenjar vestibuli mayor (kelenjar
bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.
7. Introitus vagina
Adalah pintu masuk ke vagina.
8. Selaput
darah (himen)
Merupakan selaput
yang menutupi introitus vagina.
Biasanya berlubang membentuk semilunaris,
anuralis, tapisan, septata atau
fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia
himenalis atau himen imperforata.
Himen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya
disebut kurunkula himen atau sisa himen.
9. Lubang
kemih (orifisium urethra eksterna)
Adalah tempat
keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris.
Di sekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar skene.
10. Perineum
Terletak di antara vulva dan anus.
Organ reproduksi
dalam terdiri dari:
1. Liang
senggama (vagina)
Adalah liang atau
saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak di antara saluran kemih
dan liang dubur.
2. Rahim
(uterus)
Adalah suatu struktur
otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim.
3. Saluran
telur (tuba fallofi)
Adalah saluran yang
keluar dari kornu rahim kanan dan
kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter 3-8 mm.
4. Indung
telur( ovarium)
Terdapat 2 indung
telur, masing-masing di kanan dan di kiri rahim, dilapisi mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum.
2. 5
Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan Reproduksi
Merokok
bahaya bagi kesehatan tubuh. Merokok meningkatkan timbulnya risiko berbagai
penyakit. Seperti penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru,
kanker rongga mulut, kanker laring,
kanker esofagus, bronkhitis,
tekanan darah tinggi, impotensi serta
gangguan kehamilan dan cacat janin (Wahyudi, 2009). Tapi dalam bab ini hanya
akan membahas tentang pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi.
2.5.1 Bahaya Merokok
Terhadap Kesehatan Reproduksi Pria
Pria pada umumnya adalah
perokok. Berikut bahaya rokok bagi kesehatan reproduksi pada pria :
a. Gangguan produksi sperma
Agar dapat membuahi sel
telur dan terjadi kehamilan, sperma
harus berkualitas baik. Artinya, jumlahnya cukup, kualitas yang meliputi
bentuk, gerakan dan kecepatan harus baik. Sperma
yang kurang baik tidak akan mampu membuahi, tergantung pada kualitas dan
kuantitas. Seseorang yang merokok selama bertahun-tahun akan tercemar darahnya
oleh nikotin yang akan dibawa melalui
pembuluh darah keseluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi (Holiday, 2009). Pada
perokok terjadi penurunan jumlah sperma,
mobilitas (gerakan) dan kualitas. Hal
tersebut dapat terjadi karena kandungan dalam rokok mengganggu keseimbangan
hormon dan merusak DNA pada sperma serta merusak plasma mani, yang merupakan cairan kaya
nutrisi yang ditemukan dalam mani (Artikelpria, 2010).
b. Disfungsi Ereksi (DE)
Disfungsi Ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kinerja
seksual yang memuaskan (Hill, Lyn, 2010).
Sebuah ereksi dicapai jika
darah di penis menciptakan tekanan
pada otot dan membuatnya berkembang.
Apapun yang dapat mengganggu aliran darah berpotensi menyebabkan DE (Disfungsi Ereksi). Merokok membuat arteri yang mengarah ke penis menutup dan ini menyebabkan
pengurangan tekanan darah dan jika ereksi
tidak dapat dicapai maka tidak akan terjadi kehamilan (Artikelpria, 2010).
2.5.2
Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita
Selain laki-laki, ada juga
perempuan yang merokok. Merokok pada laki-laki dan perempuan sama-sama
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Berikut merupakan pengaruh
merokok terhadap kesehatan reproduksi wanita:
a.
Penurunan tingkat kesuburan
(fertilitas)
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan bayi
hidup dari suami yang menghamilinya. Wanita yang merokok mengalami penurunan
tingkat kesuburan. Wanita perokok rata-rata dua kali lebih mungkin mandul
daripada wanita non-perokok. Hal ini berlaku pada wanita dengan infertil primer maupun sekunder (Hill, Lyn, 2010)..
Infertil primer adalah jika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut. Infertil sekunder adalah jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil
hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut (Widyastuti, 2009).
Wanita perokok akan sulit dalam pembuahan dan implantasi disebabkan asap rokok dapat mempengaruhinya melalui gangguan endokrin serta nikotin dalam rokok dapat mengganggu
pematangan sel telur sehingga akan sulit
terjadi kehamilan. Penanganan infertil
dengan Fertilitation In Vitro (FIV)
kurang berhasil apabila wanita adalah perokok (Hill, Lyn, 2010).
b.
Gangguan haid
Beberapa studi menunjukkan
bahwa merokok dapat mengubah fungsi haid dengan meningkatkan dismenore (nyeri haid), amenorea sekunder dan ketidakteraturan
haid. Hal ini terjadi karena nikotin
dalam rokok mempengaruhi metabolisme
hormon esterogen yang salah satu tugasnya mengatur proses haid. Gangguan metabolisme hormon estrogen akan
menyebabkan haid tidak teratur dan pada wanita perokok akan mengalami nyeri
perut yang lebih berat ketika haid (Holiday, 2006).
c.
Kanker leher rahim
Leher rahim adalah pembukaan rahim ke dalam vagina. Wanita yang merokok
lebih mungkin mengalami kanker leher rahim dibanding mereka yang tidak. Hal ini
disebabkan racun-racun dalam asap rokok juga dapat sampai ke leher rahim
melalui aliran darah. Asap rokok mengandung tar,
tar merupakan zat yang bersifat karsinogen,
yaitu zat pencetus kanker (Muckerman, dkk, 1996).
d.
Peningkatan efek samping pada
penggunaan kontrasepsi KB pil
Banyak wanita yang keliru dimana mereka percaya bahwa KB pil berbahaya.
Sebenarnya merokok jauh lebih berbahaya bagi kesehatan. KB pil yang banyak
digunakan oleh wanita adalah yang mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Pil dengan kedua hormon wanita memberikan banyak manfaat kesehatan, yaitu
mencegah kanker indung telur dan dinding rahim serta membantu mengurangi kram dan menjadikan siklus haid
teratur. Termasuk juga dalam mengurangi
kemungkinan mendapat anemia
dan benjolan pada payudara. Wanita yang mengambil pil KB mungkin mendapat efek samping yang disebut terobosan perdarahan, yang
terdiri dari bercak atau perdarahan di antara periode haid. Efek samping ini
tidak berbahaya, tetapi bisa tidak nyaman. Hal ini biasanya hilang dalam waktu
3 bulan setelah mulai pil KB. Wanita yang merokok lebih mungkin untuk mengalami
efek samping ini daripada wanita yang tidak merokok. Wanita yang merokok dan di
atas 35 tahun tidak boleh menggunakan pil yang memiliki peningkatan resiko
serangan jantung dan stroke. Pil progestin yang hanya dapat digunakan oleh para
perempuan tua yang merokok, tetapi pil ini tidak memiliki semua manfaat
kesehatan yang lain. Jadi, jika ingin menggunakan pil KB, merokok harus dihentikan (Muckerman, dkk, 1996).
e.
Mempengaruhi kehamilan dan
janin
Mudah dipahami bahwa wanita
yang merokok, umumnya sulit melahirkan anak yang sehat. Pada wanita perokok
dapat terjadi kehamilan ektopik
(kehamilan di luar rahim) dan keguguran. Kehamilan
ektopik terjadi disebabkan adanya gangguan dalam proses pelepasan sel
telur. Terjadi pula gangguan pembelahan sel-sel karena nikotin masuk ke dalam darah maka dengan sendirinya terhambat pula
perkembangan janin. Akibatnya, bisa terjadi keguguran atau bayi lahir cacat
seperti bibir sumbing, atau Berat Badan Lahir Rendah (Holiday, 2009).
Asosiasi dokter di Amerika
mengadakan suatu seminar mengenai masalah tersebut dengan tema “Bahaya Rokok
bagi Kesehatan”. Mereka mengungkapkan suatu data ilmiah yang memperkuat
pernyataan bahwa istri yang merokok umumnya memiliki masalah kelahiran anak, di
antaranya masalah BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) dan masalah kematian prenatal bagi anak atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrom) (Husaini,
2006).
Dr. Joseph Warsh, pimpinan
universitas Yale, New Havana di Amerika Serikat mengemukakan,“Bahaya terbesar
dari kebiasan merokok bagi perkembangan janin terjadi kala janin baru berusia 2
bulan”. Berat badan pada anak akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya
jumlah rokok yang dikonsumsi ibu setiap harinya (Husaini, 2006).
f.
Mempengaruhi ASI
Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok mempengaruhi ASI. Menurut
Pusat Penelitian Kanker Jerman, seorang ibu yang merokok berat akan berlalu
nikotin dan racun untuk bayi dalam jumlah besar. Racun ini dilewatkan melalui
ASI menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan, bayi kurus, gelisah dan bahkan
muntah. Merokok juga menyebabkan pasokan ASI menurun. Hal ini juga dapat
terjadi jika ibu adalah perokok pasif (Kingcountry, 2010).
g.
Menopause dini
Menopause adalah berhentinya menstruasi (Santana, 2007). Menurut Widyastuti (2009)
menopause adalah haid terakhir atau
saat terjadinya haid terakhir.
Perempuan yang merokok sangat mungkin untuk mulai memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun dan juga
membuat mereka menghadapi resiko osteoporosis
dan serangan jantung, demikian laporan beberapa peneliti Norwegia (Wahyudi,
2009).
Kandungan zat dalam rokok mempengaruhi pembuluh darah sehingga mengganggu
aliran darah di jantung. Perokok pasif juga mempengaruhi waktu menopause. Selain mengalami menopause dini, merokok juga
memungkinkan terjadinya gejala menopause (seperti hot fluses, yaitu merasa panas menjelang menopause). Tetapi wanita yang berhenti merokok setidaknya 10 tahun
sebelum menopause jauh lebih rendah dimulai
menopause dini dibandingkan dengan
perokok yang belum berhenti. Hal ini terjadi karena merokok merusak indung telur wanita. Seberapa banyak
kerusakan terjadi tergantung pada panjang waktu wanita telah merokok, sebanyak
berapa batang sehari ia merokok. Bahan kimia dalam asap rokok telah terbukti
mengganggu kemampuan untuk memproduksi estrogen
dan dapat mempengaruhi sel telur wanita sehingga mengalami kelainan genetik
(Kingcountry, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar