Cara Potong Kuku ala Rasul
Mungkin
di antara kita atau kebanyakan kita, ketika memotong kuku
asal-asalan—mulai dari tangan kiri atau kanan, pokoknya tak beraturan.
Padahal, walaupun ia dilihat hanya perkara kecil, namun kadang-kadang ia
adalah perkara besar lho!
Dalam beberapa perkara hukum Islam, kuku
tidak seharusnya diabaikan oleh umat Islam. Misalnya ketika seorang
dalam keadaan ihram haji atau umrah didenda membayar dam karena memotong
kukunya. Demikian juga kuku bisa menyebabkan tidak sah-nya wudhu atau
mandi junub, jika air tidak atau terhalang sampai ke kuku.
Beberapa permasalahan lainnya, yang
berhubungan dengan kuku dari segi hukum, hikmah memotong kuku,
memanjangkan dan mewarnanya akan dibahas di sini. Yuk cekidot! ^__^
1. Hukum Dan Hikmah Memotong Kuku
Memotong kuku adalah amalan sunah.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha:
“Sepuluh perkara yang termasuk fitrah (sunnah): memotong kumis,
memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung, memotong kuku,
membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari,
bersuci dengan air (beristinja), berkata Zakaria: “berkata Mus’ab: “Aku
lupa yang kesepuluh kecuali berkumur.”
Sekali lagi ini adalah bentuk menghilangkan segala kotoran yang melekat di celah kuku, apalagi jika kuku dibiarkan panjang.
2. Cara Dan Benda Untuk Memotong Kuku
Menurut Imam an-Nawawi, sunah memotong
kuku bermula jari tangan kanan keseluruhannya dan dimulai dari jari
kelingking lalu sampai pada ibu jari, kemudian tangan kiri dari jari
kelingking ke ibu jari.
Sementara alat untuk memotong kukunya
dapat menggunakan gunting, pisau atau benda khas yang tidak menyebabkan
mudharat pada kuku atau jari seperti alat pemotong kuku.
Setelah selesai memotong kuku, sebaiknya
segera membasuh tangan dengan air. Ini karena jika seseorang itu
menggaruk anggota badan, dikahawatirkan akan menyebabkan penyakit kusta.
Menurut kitab al-Fatawa al-Hindiyah
dalam mazhab Hanafi bahawa makruh memotong kuku dengan menggunakan gigi
karena juga akan menyebabkan penyakit kusta.
3. Waktu Memotong Kuku
Sebagaimana diriwayatkan daripada Anas bin Malik:
“Telah ditentukan waktu kepada kami
memotong kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu
ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada empat puluh malam.”
“Adapun menurut Imam asy-Syafi’e dan
ulama-ulama asy-Syafi’eyah, sunah memotong kuku itu sebelum mengerjakan
sembahyang Juma’at, sebagaimana disunatkan mandi, bersiwak, memakai
wewangian, berpakaian rapi sebelum pergi ke masjid untuk mengerjakan
shalat Juma’at.” (Hadis riwayat Muslim)
4. Menanam Potongan Kuku
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Fath al-Bari, bahawa Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu menanam potongan kuku.
5. Memanjangkan Kuku Dan Mewarnainya ( Cutex)
Tabiat memanjangkan kuku dan
membiarkannya tanpa dipotong adalah perbuatan yang bertentangan dengan
sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihhi wasallam, karena beliau
menggalakkan supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku itu panjang,
niscaya banyak perkara-perkara yang membabitkan hukum seperti wudhu,
mandi wajib dan sebagainya.
Adapun dalam hal mewarnai kuku (cutex),
perempuan yang bersuami adalah haram mewarnai kuku jika suaminya tidak
mengizinkan. Sementara perempuan yang tidak bersuami pula, haram baginya
mewarnai kuku. Demikian juga jika pewarna itu diperbuat dari benda
najis karena akan menghalang daripada masuknya air saat berwudhu.
Sumber: http://www.annida-online.com/artikel-8270-cara-potong-kuku-a-la-rasul.html
Sumber: http://www.annida-online.com/artikel-8270-cara-potong-kuku-a-la-rasul.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar