Selasa, 15 November 2011

evaluasi program pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Informasi tercapai atau tidaknya bisa dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini sering disandingkan bersamaan dalam istilah ME (Monitoring dan Evaluasi, atau kadang juga disingkat jadi Monev). Kegiatan monitoring sebenarnya banyak diklaim para ahli evaluasi termasuk kedalam kegiatan evaluasi, karena evaluasi pasti dimulai dengan monitoring, melihat, mengamati, dan mencatat. Hasil amatan itu kemudian dianalisis dan dihasilkannya rekomendasi-rekomendasi terkaid dengan hasil capaian atau kemajuan program.
Program merupakan jabaran dari suatu kebijakan organisasi dalam mencapai visi dan menjalankan misinya. Ia terangkai dari beberapa kegiatan, baik yang diselenggarakan secara berantai ataupun paralel, singkat ataupun lama, yang bermuara pada tujuan program yang telah ditetapkan.
Sampai dengan kira-kira tahun 1974 masyarakat masih menganggap bahwa evaluasi pendidikan terbatas pengertiannya pada penilaian hasil belajar. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa pendidikan merupakan upaya memberikan satu perlakuan pembelajaran kepada peserta didik. Kesuksesan hasil belajar mereka dapat diketahui melalui kegiatan penilaian. Di balik dasar pemikiran tersebut terdapat pula anggapan bahwa upaya pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran adalah kunci keberhasilan untuk mencapai hasil belajar merupakan hubungan lurus atau linear.
Apa alasan melakukan evaluasi program dan sejak kapankah evaluasi program mulai populer? Menurut Fernandes (1984), pemikiran secara serius tentang evaluasi program dimulai sekitar tahun delapan puluhan. Sejak tahun 1979-an telah terjadi perkembangan sehubungan dengan konsep-konsep yang berkenaan dengan evaluasi program, sebagai contoh teori yang dikemukakan oleh Cronbach (1982, dalam Fernandes 1984) tentang pentingnya sebuah rancangan dalam kegiatan evaluasi program.
Makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan. Definisi yang terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler, yang mengatakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan (Tyler, 1950). Definisi yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971). Mereka mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evaluation Consorsium Group menegaskan bahwa meskipun evaluator  menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program (Cronbach, 1982).
Tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengtahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator  program ingin mengetahui  bagian mana dari komponen dan subkomponen program yang belum belum terlaksana dan apa sebabnya.

1.2  Rumusan  Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah evaluasi program pendidikan?”.

1.3      Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana evaluasi program pendidikan
1.3.2   Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui pengertian evaluasi program pendidikan
2.      Untuk mengetahui prinsip evaluasi program pendidikan
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah  evaluasi program pendidikan

1.4        Manfaat
1.4.1   Bagi Pendidik
Memberi kepastian kepada diri pendidik sudah sejauh mana usaha yang telah dilakukannya selama ini sehingga pendidik dapat menentukan langkah selanjutnya.
1.4.2    Bagi Peserta Didik
Memberikan dorongan untuk memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan prestasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1       Pengertian
Ada tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya sebelum disampaikan uraian lebih jauh tentang evaluasi program, yaitu “evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement), dan “penilaian” (assesment).
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjaadi “evaluasi”.
Suchman (1961, dalam Anderson 1975) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan Sanders (1973, dalam Anderson 1971). Dua ahli tersebut mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajuakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang sangat terkenal dalam evaluasi program bernama Stufflebeam (1971, dalam Fernandes 1984) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.
Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana". Jika seorang siswa ditanya oleh guru, apa programnya setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menentukan program apapun. Selain itu, ada juga anak yang sangat tergantung pada orang tua sehingga akan memberi jawaban bahwa program masa depan menunggu keputusan orang tuanya.
Apabila program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisai atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu yang relatif lama-bukan kegiatan tunggal tapi jamak berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.
Selain mengandung tiga pengertian, ada pula program-program tertentu yang menunjukkan ciri lain, yaitu adanya kegiatan jamak yang merupakan rangkaian. Untuk memperjelas pengertian “jamak berangkai”, coba bandingkan beberapa kegiatan tunggal dan jamak berikut ini. Kegiatan menulis, berjalan, tidur, adalah sekali dilakukan selesai, dan tidak berada dalam urutan proses. Bandingkan dengan memasak. Memasak adalah kegiatan jamak karena untuk dpat memasak harus ada bahan yang dibeli dan dimasak . sesudah memasak, masakannya harus dimakan.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latiahan bagi peranannya bdi masa yang akan datang (UU No. 2 Th 1989). Pendidikan adalah usaha sadar dengan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serat keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Maka dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan. Definisi yang terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler, yang mengatakan bahwa evaluasi program pendidikan adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan (Tyler!950). definisi yang lebih diterima masyarakat luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi, yaitu Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971). Mereka mengemukakan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi tersebut The Standford Evaluation Consorsium Group menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan tentang suatu program (Cronbach, 1982).
2. 2       Prinsip

Evaluasi pendidikan harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Keterpaduan 
Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
2.      Keterlibatan peserta didik
Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
3.      Koherensi
Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4.      Pedagogis
Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.
5.       Akuntabel
Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.

2. 3       Langkah-langkah
Evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Secara garis besar tahapan tersebut meliputi: tahap persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan evaluasi program dan tahap monitoring pelaksanaan program. Berikut ini akan dibahas secara berturut-turut ketiga tahapan tersebut.
A.      Persiapan Evaluasi Program
Sebelum evaluasi program dilaksanakan seorang evaluator harus melakukan persiapan secara cermat. Persiapan tersebut antara lain berupa: penyusuunan evaluasi, penyusunan instrumen evaluasi, validasi instrumen evaluasi, menentukan jumlah sampel yang diperlukan dan penyamaan persepsi antar evaluator sebelum pengambilan data.
Penyusunan evaluasi terkait dengan model yang bergantung pada tujuan evaluasi program dan kriteria keberhasilan program sehingga evaluator dapat menentukan metode pengumpulan data, alat pengumpul data, sasaran evaluasi program dan jadwal evaluasi program yang akan digunakan sebagai acuan melaksanakan kegiatan evaluasi program.
Setelah rencana evaluasi tersusun maka dilakukan penyusunan instrumen evaluasi yang disusun berdasarkan pada metode pengumpulan data yang dipilih. Dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
2.      Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan.
3.      Membuat butir-butir instrumen.
4.      Menyunting instrumen, hal yang dilakukan adalah:
a.       Mengurutkan butir
b.      Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.
c.       Membuat pengantar permohonan pengisian angket.
Setelah instrumen disusun maka instrumen tersebut perlu divalidasi sehingga diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya yang mana dapat dilihat pada buku-buku metode penelitian dan statistik yang membahas tentang validitas dan reliabilitas.
Setelah dilakukan validasi maka selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel. Jika seluruh subjek yang ada menjadi sumber data dalam menentukan subjek evaluasi maka metode yang digunakan adalah metode populasi. Tapi jika hanya sebagian dari subjek yang menjadi sumber data maka digunakan metode sampling.
Metode sampling ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: random sampling ( semua individu diberi peluang menjadi anggota sampel) dan non random sampling (tidak semua individu yang diberi peluang untuk menjadi anggota sampel). Cara penentuan sampel ada beberapa cara, diantaranya: cluster sample, purposive sample dan lain-lain.
Langkah berikutnya setelah menentukan jumlah sampel adalah menyamakan persepsi antara evaluator tentang berbagai hal sebelum pengambilan data dimulai. Hal ini harus dilakukan jika evaluatornya lebih dari 1. Beberapa hal yang perlu disamakan persepsinya adalah: tujuan, kriteria, metode, instrumen, wilayah generalisasi, tehnik sampling dan jadwal kegiatan.
B.       Pelaksanaan Evaluasi Program
Evaluasi program dapat dikategorikan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.      Evaluasi reflektif,
Digunakan untuk mengevaluasi kurikulum sebagai suatu ide.
2.      Evaluasi rencana
Merupakan jenis evaluasi yang banyak dilakukan orang terutama setelah banyak inovasi diperkenalkan dalam pengembangan program.
3.      Evaluasi proses
Disebut juga evaluasi implementasi yang prosesnya dianggap lebih memberi kedudukan yang sama antara dimensi program sebagai ide, rencana, hasil dan program.
4.      Evaluasi hasil
Merupakan jenis evaluasi program yang paling tua. Bahkan pada mulanya yang dimaksud dengan evaluasi identik dengan evaluasi hasil.
Keempat jenis evaluasi di atas mempengaruhi seorang evaluator dalam menentukan metode  dan alat pengumpulan data yang digunakan. Agar kegitan pengumpulan  data dapat berjalan baik, berikut ini akan diuraikan beberapa cara mengumpulkan data yang baik dengan menggunakan berbagai alat pengumpul data.
a.       Pengambilan data dengan tes
b.      Pengambilan data dengan observasi
c.       Pengambilan data dengan angket
d.      Pengambilan data dengan wawancara
e.       Pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan artifak

C.       Monitoring Pelaksanaan Program
1.      Fungsi monitoring
Kegagalan mempunyai 2 fungsi pokok, yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana program dan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan program yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menhasilkan perubahan yang diinginkan.
Sumber kegagalan program ada 3 kemungkinan, yaitupelaksanaan program menyimpang dari rencana program, rencana progran yang mengandung kesalahan dan berasal dari luar rancangan, misalnya kekurangmampuan dari tenaga praktisi.

2.      Sasaran monitoring
Sasarannya adalah dengan menemukan hal-hal berikut:
Ø  Seberapa jauh pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana program.
Ø  Seberapa jauh pelaksanaan program telah menunjukkan tanda-tanda tercapainya tujuan program.
Ø  Apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak direncanakan.
Ø  Apakah terjadi dampak sampingan yang negatif
3.      Tehnik dan alat pemantauan
Fungsi pokok pemantauan adalah mengumpulkandata tentang pelaksanaan program. Adapun tehnik dan alat pemantauan adalah sebagai berikut:
a)      Tehnik pengamatan partisipatif dengan menggunakan lembar pengamatan, catatn lapangan dan alat perekam elektonik.
b)      Tehnik wawancara, cara bebas atau terstruktur dengan alat pedoman wawancara dan perekam wawancara.
c)      Tehnik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi seperti daftar hadir, satuan pelajaran, hasil karya siswa, hasil karya guru dan sebagainya.

4.      Pelaku pemantauan
Pemantauan program dilakukan oleh evaluator bersama dengan pelaku/praktisi atau pelaksana program. Dapat pula dilengkapi atau dibantu oleh pihak lain yang diperlukan seperti kepala sekolah dan tokoh masyarakat.
5.      Perencanaan pemantauan
Perencanaan pemantauan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a)      Perumusan tujuan pemantauan, berisi informasi tentang apa yang diinginkan, untuk siapa dan untuk kepentingan apa.
b)      Penetapan sasaran pemantauan, apa yang akan dijadikan sebagai objek pemantauan.
c)      Penjabaran data yang dibutuhkan pemantauan, penjabaran dari sasaran.
d)     Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat objek dan sumber atau jenis datanya.
e)      Perancangan analisis data pemantauan dan pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan pemantauan.

6.      Pemanfaatan hasil pemantauan
Data yang telah terkumpul dari hasil pemantauan harus secepatnya diolah dan dimaknai sehingga dapat segera diketahui apakah tujuan pelaksanaan program tercapai atau tidak. Pemaknaan hasi pemantauan ini menjadi dasar untuk merumuskan langkah-langkah berikutnya dalam pelaksanaan program.
2. 4